REKOMENDASI KEBIJAKAN 02
(POLICY BRIEF)
PENGGUNAAN MODUL DAN VIDEO PEMBELAJARAN BIOLOGI CACING NYALE DI SEKOLAH
Imam Bachtiar, Syamsul Bahri, Baiq Sri Handayani
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram
Ringkasan Eksekutif
Tradisi menangkap nyale (bau nyale) sudah berlangsung selama ratusan tahun merupakan identitas dan kebanggaan masyarakat Sasak, terutama yang tinggal di pesisir selatan Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Sayangnya, pengetahuan masyarakat tentang cacing nyale tidak banyak berubah, karena informasi ilmiah tentang Biologi cacing nyale belum banyak tersedia. Pada tahun 2020, penelitian di Universitas Mataram telah menghasilkan modul dan video pembelajaran tentang Biologi cacing nyale. Kedua media pembelajaran tersebut sudah tersedia di internet, tetapi banyak guru dan siswa belum mengetahuiya. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk mensosialisasikan ketersediaan media pembelajaran tersebut, dan mendemonstrasikan bagaimana cara menggunakannya di dalam kelas. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di SMAN 1 Mataram, dengan menggunakan media video dan modul pembelajaran yang dihasilkan oleh peneliti Universitas Mataram. Hasil pengabdian pada masyarakat ini menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang biologi cacing nyale meningkat antara 120-230% dari pengetahuan sebelum kegiatan. Peningkatan pengetahuan tersebut terjadi pada komponen morfologi cacing (140%), klasifikasi cacing (170%), keanekaragaman cacing (220%), cara reproduksi cacing (200%), faktor penyelaras reproduksi cacing (230%), dan keuntungan yang diperoleh cacing dari pemijahan masal (160%). Disamping hasil yang positif tersebut, hasil observasi dan wawancara mengungkapkan bahwa modul pembelajaran yang dibagikan kepada siswa tidak dibaca, dan video pembelajaran yang diunggah ke YouTube juga tidak pernah mereka akses. Kurangnya informasi dan motivasi diduga menjadi salah satu penjelasan dari belum digunakannya kedua media pembelajaran cacing nyale tersebut di sekolah.
• Pendahuluan
Tradisi bau nyale merupakan budaya adiluhung dan aset ekonomi penting bagi masyarakat Kabupaten Lombok Tengah. Pembelajaran IPA di sekolah tingkat SD dan SMP tidak pernah mengajarkan tentang aspek Biologi dari cacing nyale. Pembelajaran Biologi di tingkat SMA juga sama. Jika ada pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan bau nyale, hanya tentang legenda Putri Mandalika. Pengetahuan tentang Biologi cacing nyale masih sangat rendah, baik pada masyarakat maupun pada siswa sekolah. Biologi cacing nyale tidak pernah diajarkan di sekolah, karena guru mengaku kesulitan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang Biologi cacing nyale.
Penelitian tentang cacing nyale di Universitas Mataram telah menghasilkan sejumlah tulisan yang telah dipublikasi dan dapat diakses oleh umum termasuk oleh guru. Modul dan video pembelajaran tentang Biologi cacing nyale juga sudah tersedia di internet. Sebagian besar guru dan siswa belum mengetahui adanya kedua media pembelajaran tersebut.
• Pendekatan yang Digunakan dan Hasil
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini menjadi solusi dari persoalan ketidaktahuan guru tentang sumber informasi. Penyuluhan kepada siswa SMAN 1 Mataram ini dapat (1) Meningkatkan pengetahuan siswa tentang Biologi cacing nyale; (2) Menunjukkan kepada guru bahwa sudah ada hasil-hasil penelitian tentang Biologi cacing nyale dari Universitas Mataram; (3) Mendemonstrasikan kepada guru-guru Biologi di sekolah tentang penggunaan media dan modul pembelajaran tentang Biologi cacing nyale yang sudah dihasilkan Universitas Mataram.
.
· Hasil
Hasil evaluasi kegiatan pengabdian melalui kuesioner menunjukkan adanya perubahan pengetahuan siswa yang sangat besar. Siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri tentang pengetahuan mereka sebelum dan sesudah kegiatan. Perubahan pengetahuan tersebut berkisar antara 140 hingga 220 persen. Pada pengetahuan siswa tentang klasifikasi dan morfologi cacing nyale, perubahan pengetahuan siswa antara 140 sampai 220 persen. Pengetahuan siswa tentang klasifikasi cacing dibagi menjadi tiga komponen, yaitu morfologi, klasifikasi, dan keanekaragaman (diversitas). Dari ketiga komponen tersebut, perubahan pengetahuan yang paling besar adalah tentang keanekaragaman cacing nyale. Di dalam topik keanekaragaman cacing nyale, siswa diminta untuk menyebutkan jumlah jenis (genus) cacing dan ciri pembeda dari masing-masing jenis cacing.
Pada pengetahuan siswa tentang reproduksi cacing nyale, perubahan pengetahuan siswa antara 160 sampai 230 persen. Pengetahuan siswa tentang reproduksi cacing nyale dibedakan menjadi tiga komponen, yaitu cara reprodusi cacing, faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan cacing, dan keuntungan cacing nyale dengan rproduksi yang dilakukan secara pemijahan massal. Perubahan nilai pengetahuan siswa paling besar terjadi pada komponen kedua, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan cacing nyale.
• Kesimpulan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan siswa tentang cacing nyale. Peningkatan pengetahuan siswa tentang Biologi cacing nyale terjadi di enam komponen yang diukur, yaitu morfologi, klasifikasi, keanekaragaman, cara reproduksi, faktor penentu pemijahan, dan keuntungan cacing dalam pemijahan masal.
Hasil-hasil penelitian dosen Universitas Mataram tentang cacing nyale yang disajikan dalam bentuk modul dan video pembelajaran belum diakses oleh guru SMAN 1 Mataram. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa semua guru Biologi SMA Negeri di Kota Mataram juga belum pernah mengakses kedua sumber belajar tersebut.
Belum dapat diketahui, apakah setelah kegiatan pengabdian ini guru akan menggunakan modul pembelajaran dan video pembelajaran cacing nyale yang telah diberikan. Perlu dilakukan suvei kepada guru-guru SMP dan SMA di Pulau Lombok tentang motivasi mereka dalam menggunakan media pembelajaran yang tersedia (modul dan video) untuk mengajarkan topik cacing nyale di sekolah.
• Implikasi dan Rekomendasi
Pemerintah kabupaten dapat mengambil inisiatif mewajibkan guru Biologi untuk mengajarkan topik cacing nyale di dalam pembelajarannya. Tidak banyak guru yang termotivasi bekerja melebihi kewajiban kurikulum dengan memasukkan topik cacing nyale ke pembelajaran di dalam kelas. Diperlukan motivasi eksternal untuk dapat menjalankan misi tersebut di atas. Dengan motivasi eksternal, dalam bentuk kewajiban tersebut, guru akan termotivasi untuk memperkaya pengetahuannya melalui media pembelajaran yang sudah tersedia.
Peneliti dari Universitas Mataram perlu berdiskusi dengan guru penggerak agar dapat memilih opsi terbaik dalam penyebaran informasi tersebut. Penyebaran informasi tentang tersedianya modul dan video pembelajaran tentang Biologi acing nyale juga masih membutuhkan kerja cerdas dan kerja keras. Peenyebaran informasi ini dapat dilakukan melalui media social, sehingga dalam waktu yang lebih cepat dapat menyebar lebih luas.
Dibiayai dari Sumber Dana DIPA BLU (PNBP) Universitas Mataram Tahun 2022, Nomor kontrak: 1999/UN18.L1/PP/2022.Kegiatan ini lebih mudah terlaksana karena kontribusi ibu guru Biologi SMAN 1 Mataram, Fatmi Marwatoen, S.Pd., M.Pd. dan mahasiswa kami: S. Madani (E1A020111), F. Muazzasari (E1A021009), M. Hatami (E1A021094), Y. Aniyawati (E1A021023, Pahrurrozi (E1A021134).
EMAIL:
imambachtiar@unram.ac.id
REKOMENDASI KEBIJAKAN 01
(POLICY BRIEF)
MEMULAI PEMBELAJARAN BIOLOGI CACING NYALE DI SEKOLAH
Imam Bachtiar, Lalu Japa, Syamsul Bahri, Baiq Sri Handayani
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram
Ringkasan Eksekutif
Tradisi bau nyale merupakan budaya adiluhung dan aset ekonomi masyarakat Kabupaten Lombok Tengah. Melestarikan tradisi bau nyale harus diawali dengan pelestarian cacing nyale, yaitu cacing yang menghasilkan nyale. Pembelajaran IPA atau Biologi di sekolah, dari tingkat SD sampai SMA tidak pernah mengajarkan tentang aspek Biologi dari cacing nyale. Tidak tersedianya sumber informasi tentang Biologi cacing nyale menjadi alasan utama. Penelitian ini mengembangkan modul pembelajaran Biologi cacing nyale. Pengembangan modul mengikuti model Borg & Gall. Penelitian ini sudah menghasilkan modul pembelajaran Biologi cacing nyale dalam dua versi, buku guru dan buku siswa. Hasil uji-coba di sekolah menunjukkan peningkatan pengetahuan guru sebesar 259%, sedangkan peningkatan pengetahuan siswa antara 141% sampai 253% di tiga sekolah. Peningkatan pengetahuan tersebut dicapai tanpa ada pembelajaran di kelas, dan siswa diminta secara sukarela membaca modul di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian modul memberi manfaat besar bagi guru dan siswa, dalam memahami Biologi cacing nyale. Berdasarkan baku mutu modul, modul pembelajaran yang dihasilkan masih kurang efektif, hanya efektif di satu sekolah. Agar pemberian modul efektif meningkatkan pengetahuan guru dan siswa dibutuhkan motivasi eksternal, dari sekolah dan pemerintah. Pemerintah hendaknya memberi tugas guru IPA atau Biologi untuk mengajarkan cacing nyale di sekolah. Guru IPA dan Biologi sebaiknya menjadikan nilai siswa tentang Biologi cacing nyale sebagai bagian dari nilai raport mereka.
• Pendahuluan
Tradisi bau nyale merupakan budaya adiluhung dan aset ekonomi penting bagi masyarakat Kabupaten Lombok Tengah. Pembelajaran IPA di sekolah tingkat SD dan SMP tidak pernah mengajarkan tentang aspek Biologi dari cacing nyale. Pembelajaran Biologi di tingkat SMA juga sama. Jika ada pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan bau nyale, hanya tentang legenda Putri Mandalika. Hal ini menyebabkan pengetahuan masyarakat Pulau Lombok tentang Biologi cacing nyale sama rendahnya dengan pengetahuan warga Pulau Bali atau Pulau Jawa, yang tidak memiliki tradisi bau nyale.
Hasil survei menunjukkan keinginan guru untuk mengajarkan tentang Biologi dari cacing nyale, tetapi tidak memiliki sumber informasi yang cukup untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul pembelajaran yang memungkinkan guru untuk mampu mengajar tentang aspek Biologi cacing nyale di sekolah.
• Pendekatan yang digunakan dan Hasil
Pengembangan modul pembelajaran Biologic acing nyale mengikuti model penelitian pengembangan Borg & Gall, yang terdiri dari 8 (delapan) tahapan. Di antara kedelapan tahapan tersebut, tiga tahapan yang penting adalah validasi oleh ahli isi dan ahli media, uji-coba skala kecil, dan uji-coba skala besar. Uji-coba skala besar dilakukan pada 300 siswa di SMAN 1 Jonggat, SMAN 1 Batukliang, dan SMAN 2 Praya.
Hasil
Penelitian ini sudah menghasilkan modul pembelajaran Biologi cacing nyale dalam dua versi, buku guru dan buku siswa. Hasil uji-coba di sekolah menunjukkan peningkatan pengetahuan guru sebesar 259%, sedangkan peningkatan pengetahuan siswa antara 141% sampai 253% di tiga sekolah. Peningkatan pengetahuan tersebut dicapai tanpa ada pembelajaran di kelas, dan siswa hanya diminta secara sukarela membaca modul di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian modul saja telah mampu memberi manfaat besar bagi guru dan siswa, dalam memahami Biologi cacing nyale.
Berdasarkan baku mutu modul, modul pembelajaran yang dihasilkan masih kurang efektif (N-Gain kurang dari 30%), hanya efektif di satu sekolah (N-Gain 56%). Kurangnya efektivitas modul diduga kuat karena modul hanya diberikan tanpa ada proses pembelajaran. Siswa dan guru diberikan modul dengan pesan untuk dibaca di rumah, secara sukarela. Jika dilakukan proses pembelajaran, maka efektivitas modul akan dapat meningkat. Pada umumnya guru dan siswa belum memiliki motivasi internal (curiosity) yang kuat untuk belajar mandiri, disamping belum mempunyai kebiasaan membaca sebagai hiburan.
Agar pemberian modul dapat efektif meningkatkan pengetahuan guru dan siswa dibutuhkan motivasi eksternal, dari sekolah dan pemerintah. Pemerintah hendaknya memberi tugas guru IPA atau Biologi untuk mengajarkan cacing nyale di sekolah. Guru IPA dan Biologi sebaiknya menjadikan nilai siswa tentang Biologi cacing nyale sebagai bagian dari nilai raport mereka.
Kesimpulan
Sudah saatnya memulai pembelajaran Biologi cacing nyale di sekolah. Modul yang dikembangkan dalam penelitian ini sudah tersedia, yang saat ini menjadi satu-satunya sumber informasi yang lengkap tentang Biologi cacing nyale. Pemberian modul terbukti telah mampu meningkatkan pengetahuan guru dan siswa secara signifikan tentang cacing nyale. Kurangnya motivasi internal dan belum adanya motivasi eksternal dianggap sebagai penyebab kurangnya efektivitas dari modul pembelajaran ini.
• Implikasi dan Rekomendasi
Guru-guru Biologi sebaiknya mulai mengajarkan Biologi cacing nyale di sekolah. Pembelajaran tentang cacing nyale dapat dilakukan terintegrasi dalam kurikulum yang sudah ada, atau sebagai pengayaan bagi siswa yang belajar cepat.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat hendaknya memperbanyak modul pembelajaran buku guru untuk diberikan kepada semua guru Biologi SMA/MA di provinsi, dan memperbanyak modul pembelajaran buku siswa untuk diberikan kepada perpustakaan sekolah SMA/MA.
Pemerintah Provinsi NTB hendaknya memberi tugas guru Biologi untuk mengajarkan materi Biologi cacing nyale dalam pembelajaran di sekolah.
Pemerintah kabupaten dan provinsi di Nusa Tenggara Barat hendaknya bekerjasama dengan LPPM Universitas Mataram untuk memberikan pelatihan atau penyuluhan tentang pembelajaran Biologi cacing nyale di sekolah.
Pemerintah kabupaten, terutama Kabupaten Lombok Tengah, hendaknya memperbanyak modul pembelajaran buku guru untuk diberikan kepada semua guru SMP/MTs sebagai buku pegangan dalam mengajakan cacing nyale.
Pemerintah kabupaten hendaknya memperbanyak modul pembelajaran buku siswa untuk diberikan kepada semua guru IPA di tingkat SD/MI.
Pemerintah kabupaten hendaknya memberi tugas guru untuk mengajarkan materi tentang cacing nyale di tingkat SD/MI dan SMP/MA.
Dibiayai dari Sumber Dana DIPA BLU (PNBP) Universitas Mataram Tahun 2020, Nomor kontrak: 2644/UN18.L1/PP/2020
EMAIL:
imambachtiar@unram.ac.id